expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 02 Mei 2011

Banjir Lahar Dingin Terjang 52 Rumah Penduduk



Amuk Banjir Lahar Dingin Merapi yang Dahsyat dan Merusak. Hujan deras yang mengguyur puncak Gunung Merapi mengakibatkan terjadinya banjir lahar dingin hingga Kota Yogyakarta, seperti yang ada di bantaran Kali Code, Ledok Tukangan, Danurejan, Yogyakarta, Senin (29/11/2010). Sebagian besar rumah yang ada di bantaran Kali Code tergenang air hingga satu meter dan merusak sejumlah prasarana umum seperti jembatan dan talud. FOTO: KOMPAS/WAWAN H. PRABOWO

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Lahar dingin Merapi menerjang 52 rumah penduduk dan dan merusak 15 hektar sawah di Dusun Kayen, Desa Sindumartani, Ngemplak, Sleman. Peristiwa itu terjadi setelah Tanggul Bangsan jebol diterjang lahar dingin Gunung Merapi. 

"Sebanyak 50 rumah rusak berat dan dua di antaranya rusak sedang," kata Camat Ngemplak Endang Widowati, Senin (2/5) di lokasi bencana, Dusun Kayen, Desa Sindumartani, Ngemplak, Sleman. 

Selain merusak rumah dan areal persawahan, satu unit mobil pick up dan satu traktor tangan hanyut terbawa lahar dingin. Dilaporkan pula, lahar menerjang Peternakan Armafarm sehingga 6.000 ekor ayam petelur hilang dan tiga ekor kambing milik warga hanyut. Akibat bencana lahar dingin ini, 52 kepala keluarga terpaksa diungsikan ke SMA IKIP Veteran, Bimomartani, Kecamatan Ngemplak, Sleman. Sebagian besar warga tak sempat menyelamatkan barang-barang mereka.

Pasca-erupsi Merapi medio Oktober-November 2010 lalu, banjir lahar dingin mengancam sejumlah kawasan. Diperkirakan, banjir lahar dingin akan terus terjadi dalam waktu lama, terutama saat hujan mengguyur.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta memperkirakan, bahaya lahar dingin dari material vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi akan berlangsung dalam waktu yang lama. Pihaknya memperkirakan ancaman banjir lahar dingin bisa hingga mencapai lebih dari satu tahun.

"Volume material hasil erupsi Gunung Merapi yang telah terbawa sebagai lahar dingin masih sangat kecil sehingga ancaman lahar dingin masih bisa terjadi dalam waktu lama, bahkan bisa lebih dari satu tahun," kata Kepala Balai Penyelidikan dan pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo di Yogyakarta, pada Selasa (30/11/2010) lalu.

"Material vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi tersebut tidak akan turun seketika menjadi lahar dingin, tetapi akan turun dalam volume-volume kecil dalam waktu yang cukup lama," jelasnya.

Ia mengatakan, ancaman bahaya lahar dingin tidak akan sebesar ancaman letusan Gunung Merapi yang berupa awan panas. "Namun, lahar dingin kemungkinan akan lebih sering terjadi dibanding awan panas, terlebih pada musim hujan," kata Subandriyo.

Lahar Dingin Rusak Lahan 10 Ha
Sementara itu sebelumnya, banjir lahar dingin yang mengalir dari hulu Gunung Merapi juga telah  merusak sekitar 10 hektar lahan pertanian di sekitar Kali Juweh, Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

"Kami telah mendata jumlah lahan pertanian sayuran di sepanjang aliran sungai berhulu Merapi di Desa Jrakah itu. Yang rusak diperkirakan sekitar 10 hektar," kata Tumar, Kepala Desa Jrakah, di Boyolali, Jumat (15/4/2011).

Menurut dia, lahan pertanian tersebut merupakan tanah milik desa yang digarap oleh petani setempat. Lahan yang sudah ditanami sayur mayur itu hancur terbawa lahar dingin beberapa waktu lalu.

"Lahan itu merupakan salah satu penghasilan gaji perangkat desa setempat. Lahan khas desa yang longsor mencapai enam hektar, sedangkan sisanya milik warga sekitar," katanya.

Menurut dia, sejak bencana erupsi hingga peristiwa banjir lahar dingin, perangkat desa hanya mengandalkan gaji dari pemerintah karena lahan pertanian mereka sudah rusak terbawa banjir.

"Kami sudah melakukan pengecekan ke lokasi untuk didokumentasi. Kerugian dari lahan khas desa longsor ini mencapai sekitar Rp 125 juta," katanya.

Ia mengharapkan pemerintah daerah setempat mengganti tanah khas desa yang longsor.

Pihaknya akan mengadakan rapat desa untuk membahas masalah tersebut. Hasil rapat dapat disampaikan ke Pemkab guna mencari solusi.

Menurut Tumari, longsor tersebut juga mengakibatkan para petani gagal panen.

"Warga menggarap sayur mayur yang siap panen. Akhirnya mereka hanya bisa gigit jari karena sayuran ikut longsor terbawa lahar dingin," katanya.

Para petani yang menggarap tanah kas desa akhirnya tidak bisa apa-apa dan mereka tidak mampu menyetorkan pajak hasil panen ke desa setempat.

Sekolah Terkubur, Ujian di Rumah Warga
Banjir lahar dingin juga mengganggu pendidikan anak-anak. Puluhan siswa sekolah dasar (SD) Negeri 1 Sirahan, Salam, Magelang, Jawa Tengah terpaksa mengikuti ujian akhir sekolah (UAS) di rumah penduduk. Pasalnya, bangunan sekolah mereka telah terkubur material Merapi. Material setinggi 1-2 meter itu berasal dari luapan Sungai Putih yang meluap usai diterjang banjir lahar dingin Merapi.

"Bukan hanya ujian nasional ini saja, bahkan dua bulan terakhir, kegiatan belajar mengajar (KBM) juga dilakukan di rumah penduduk," ungkap Katam, Kepala SD Negeri Sirahan 1, Salam, Magelang, Senin (4/4/2011).

Menurut Katam, pihaknya terpaksa meminjam rumah warga untuk KBM, karena kondisi bangunan sekolah yang tidak memungkinkan. Parahnya, sejak sekolah ini terendam, 16 dari 84 siswa pindah sekolah. Mayoritas mereka ikut orang tua yang pindah ke rumah saudaranya, terutama orang tua yang sudah tidak memiliki rumah setelah hilang hanyut diterjang banjir lahar.


Sumber: KOMPAS: Aloysius Budi Kurniawan, Inggried (52 Rumah Penduduk Diterjang Banjir Lahar Dingin); Benny N. Joewono (Banjir Lahar Dingin Rusak Lahan 10 Ha); A. Wisnubrata (Sekolah Terkubur, Ujian di Rumah Warga).
FOTO: Wawan H. Prabowo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar