expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 18 Desember 2010

Pascabencana: Setahun, Korban Merapi Diharap Mandiri

Jumat, 17 Desember 2010


Setelah statusnya diturunkan dari awas menjadi siaga,  warga dari berbagai kota ramai berkunjung  untuk menyaksikan dampak  kerusakan akibat erupsi Merapi. Kerugian akibat erupsi Gunung Merapi di tiga wilayah di provinsi Jawa Tengah ditaksir mencapai 479,32 miliar.
(FOTO: TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI GHOZALI)

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Sosial Salim Segaf Al'Jufrie mengatakan, korban bencana Gunung Merapi diharapkan bisa mandiri dalam setahun pascaletusan melalui program kelompok usaha bersama.
"Kita usahakan apa kira-kira usaha mereka setelah tiga bulan pascabencana agar terus mandiri. Mudah-mudahan tidak sampai setahun mereka sudah mandiri," kata Mensos seusai ziarah di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, Jumat (17/12/2010).

Mensos bersama ratusan pegawai Kementerian Sosial, anggota Karang Taruna, dan Tagana berziarah ke TMP Kalibata dalam rangka Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) yang puncaknya diperingati pada 20 Desember.

Pemerintah saat ini sedang membangun hunian sementara (huntara) bagi korban bencana Merapi, dan sejalan dengan itu juga direalisasikan dua hal utama terkait perekonomian masyarakat setempat, yaitu program padat karya dan kelompok usaha bersama (Kube).

Menurut Mensos, melalui program Kube diharapkan kemandirian warga korban letusan Merapi bisa tercapai. Sebab, program padat karya hanya berlangsung tiga bulan, setelah itu warga kembali menganggur. Saat ini sekitar 700 proposal Kube sudah masuk ke Kementerian Sosial dan sedang diteliti di lapangan.

Dalam kesempatan itu, Mensos juga menegaskan, stok pangan bagi korban bencana, baik di Mentawai maupun Wasior tetap tersedia. "Sebenarnya stok cadangan beras cukup, kalaupun kurang di beberapa titik atau mungkin suplai dari provinsi yang kurang lancar. Saya yakin insya Allah cukup, terutama untuk masalah pangan," jelasnya.

Sebelumnya, korban tsunami di Mentawai sempat mengalami kekurangan makanan karena pasokan yang terlambat akibat cuaca buruk sehingga kapal tidak berani melaut.

Kerugian Akibat Erupsi Merapi Rp 479,32 miliar

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng memperkirakan kerugian akibat erupsi Gunung Merapi di tiga wilayah di provinsi ini mencapai 479,32 miliar.

"Kerugian tersebut terjadi di 18 sektor yang kebutuhan dana bagi proses rehabilitasinya akan diajukan ke pemerintah pusat," kata Kepala BPBD Jawa Tengah, Priyanto Jarot Nugroho, Rabu (15/12/2010).

Sejumlah sektor yang mengalami kerusakan akibat erupsi gunung berapi teraktif di dunia ini di antaranya kesehatan, pendidikan, pertanian, pemukiman, dan sebagainya.

Pascabencana Merapi, pemerintah provinsi bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana sudah siap mulai rehabilitasi.

Masa rehabilitasi akan berlangsung mulai Januari-April 2011.

Meski demikian, hingga saat ini masih terdapat ancaman lahar dingin material Merapi yang terjadi bersamaan dengan tingginya curah hujan di kawasan lereng gunung ini.

Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan ancaman banjir lahar masih akan terjadi hingga Februari 2011 mendatang.

Menurut dia, banjir lahar dingin yang terjadi beberapa waktu telah mengalir ketujuh sungai yang ada di lereng Merapi. Sebuah jembatan rusak akibat luapan banjir lahar dingin ini.

Untuk mengantisipasi kerusakan serta dampak yang terjadi akibat banjir lahar dingin ini, pemerintah telah menyiagakan sejumlah alat berat.

Selain itu, untuk jembatan yang rusak juga telah diperoleh bantuan jembatan darurat dari Zeni Tempur Komando Daerah Militer IV/ Diponegoro.

"Jika ada lagi jembatan yang rusak akibat aliran lahar dingin ini, bantuan jembatan darurat dari Zeni Tempur Kodam IV siap digunakan," katanya.

Sumber: Kompas, Antara
Credit foto: Tribun Jogja/Hasan Sakri Ghozali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar