Senin, 24 Januari 2011
Magelang, Kompas - Banjir lahar dingin kembali terjadi di Kali Putih, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (23/1) sore. Banjir terbesar pascaerupsi Merapi itu kembali memutus lalu lintas di jalan raya Magelang-Yogyakarta di Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Magelang. Luberan material padat vulkanik Merapi yang sebelumnya sepanjang sekitar 200 meter di Dusun Gempol kini meluas hingga 500 meter ke arah utara di Dusun Prebutan. Ketebalan material hingga mencapai 1 meter.
”Sebelumnya ketebalan material yang dibawa banjir hanya 0,5-0,75 meter,” ujar pejabat Pembuat Komitmen Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Dinas Bina Marga Jawa Tengah, Budi Sudirman, di Magelang.
Jalan Magelang-Yogyakarta ditutup sejak sekitar pukul 15.00 setelah ada informasi banjir setinggi 4 meter di Jurangjero di kawasan puncak Merapi. Sekitar 30 menit kemudian, material lahar dingin yang mengalir di Kali Putih mulai meluap ke jalan. Setelah banjir reda, sekitar pukul 16.00, jalan dibersihkan menggunakan enam alat berat.
Hingga pukul 20.00, pembersihan masih berlangsung dan jalan masih ditutup. Akibat penutupan jalan ini, kendaraan berbalik arah dan menempuh perjalanan melalui Kulon Progo, DI Yogyakarta.
Belum diketahui dampak kerusakan pada jalan akibat banjir itu. Akibat banjir pada Sabtu lalu, jalan Magelang-Yogyakarta di Kilometer 18,4 tergerus sedalam 5 meter dan separuh badan jalan hilang. Lebar jalan yang semula 14 meter pun tinggal 7 meter (Kompas, 23/1).
”Sebelum jalan tuntas dibersihkan, kami belum bisa mengecek kerusakan yang ditimbulkan,” kata Budi.
Banjir lahar dingin, kemarin, juga merendam 16 dusun di Desa Sirahan, Kecamatan Salam, dan Desa Plosogede, Kecamatan Ngluwar. Sedikitnya 60 warga tiga dusun, yaitu Jetis, Sirahan, dan Candi, terjebak banjir selama sekitar satu jam. Tim relawan sulit menembus dusun yang terendam air bercampur material vulkanik setinggi 2 meter itu. Hingga berita ini diturunkan, belum diketahui jumlah rumah yang hanyut dan rusak akibat banjir lahar dingin tersebut.
Dua minggu ini warga sebenarnya sudah menempati lokasi pengungsian. Minggu siang mereka kebetulan pulang karena ingin menengok kondisi rumah dan dusun masing-masing.
Danang, salah seorang warga, mengatakan, selain menengok rumah, kemarin dia bersama empat rekannya berencana menjaga dusun di posko relawan. Sekitar pukul 15.00, daerah sekitar posko terendam banjir setinggi 2 meter. Danang dan empat temannya keluar dari dusun melalui pematang sawah dengan berpegangan pada tali dan ditarik oleh tim search and rescue (SAR).
Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat Desa Plosogede Yunan Fanani menyebutkan, ia mendapatkan informasi banjir di puncak Merapi pada pukul 15.00. Satu jam kemudian banjir sudah menerjang Desa Plosogede yang berjarak 25 kilometer dari puncak Merapi.
Normalisasi sungai
Untuk mengantisipasi dampak banjir lahar dingin yang lebih besar, tahun ini pemerintah pusat menganggarkan Rp 50 miliar untuk normalisasi 15 sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Anggaran terbanyak untuk normalisasi Kali Putih, termasuk untuk memisah dua sungai yang disatukan di Kali Putih, yaitu Kali Putih dan Kali Druju.
”Dengan memperdalam palung dan mengeruk material vulkanik di sungai, kami berharap banjir lahar dingin tetap berada di alur sungai,” ujar Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Hermanto Dardak saat berkunjung ke Desa Jumoyo, Minggu.
Rekayasa teknik yang akan dilakukan Kementerian PU adalah dengan memperdalam aliran sungai hingga 6 meter, lalu membangun jembatan Bailey di atas aliran.
Hermanto mengatakan, pemerintah pusat juga mengalokasikan dana lebih dari Rp 40 miliar untuk memperbaiki 14 jembatan dari 29 jembatan di Jateng yang rusak akibat banjir lahar dingin.
Selain Wakil Menteri PU, menteri yang berkunjung ke Desa Jumoyo, kemarin, adalah Menko Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Menteri Pertanian Suswono, dan Menteri Sosial Salim Segaf Al’Jufrie. Selain itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif juga hadir. Mereka meninjau daerah-daerah yang terkena dampak erupsi Merapi, terutama banjir lahar dingin.
Kementerian Sosial, menurut Salim, menganggarkan Rp 4,6 miliar untuk jaminan hidup bagi korban banjir lahar dingin yang akan menempati hunian sementara. Setiap korban akan menerima Rp 5.000 per hari selama satu bulan.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, berdasarkan data terakhir dampak banjir lahar dingin Merapi yang dihimpun hingga Minggu, sekitar 1.900 jiwa mengungsi.
(EGI/GAL/DOT/NAW)
Sumber berita dan foto: HU Kompas / Wawan H Prabowo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar