MAGELANG-YOGYAKARTA, KOMPAS - Tidak ada seorang pun yang dapat memahami derita pengungsi, kecuali mereka yang pernah mengungsi. Perasaan inilah yang mendorong masyarakat yang dulu penjadi pengungsi korban erupsi Gunung Merapi di Dusun Kemiren, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, menolong warga di berbagai dusun yang kini jadi korban banjir lahar dingin.
Empati mendalam inilah yang juga menggerakkan hati Marsiyem (29) dan empat ibu lain dari Dusun Kemiren memasak dan menyiapkan 500 nasi bungkus untuk warga Desa Sirahan, Kecamatan Salam.
Dusun Kemiren yang merupakan tempat tinggal Marsiyem hanya berjarak sekitar 17 kilometer dari Gunung Merapi. Saat erupsi Merapi, 700-an warga dusun ini mengungsi selama tiga minggu di dua lokasi di Kecamatan Salam.
Untuk memenuhi kebutuhan logistik para korban banjir lahar dingin di sejumlah tempat, setiap hari ibu-ibu di Dusun Kemiren bergantian memasak. Dengan ”kekuatan” empat hingga lima ibu setiap hari, mereka dapat memasak 250-1.000 bungkus nasi per hari.
Kegiatan ini dilakukan di posko yang didirikan warga Dusun Kemiren dan diberi nama Posko Siaga Lahar Dingin Merapi ”Tetap Semangat”.
Selain memasak, di posko inilah segala aktivitas yang terkait dengan antisipasi bencana lahar dingin dan kegiatan menolong korban bencana lahar dingin dirancang dan dilakukan.
Koordinator Posko Siaga Lahar Dingin Merapi Tetap Semangat Adi Triwahyu mengatakan, posko yang juga menggunakan rumahnya ini mulai berdiri dan aktif memberikan bantuan kepada korban lahar dingin sejak awal Januari lalu. Aktivitas ini diawali dengan menggalang dana bantuan untuk korban lahar dingin.
Kendati tanpa ada instruksi atau embel-embel ”iuran wajib”, sebanyak 116 kepala keluarga di Dusun Kemiren ikhlas menyumbang dana yang mereka miliki, mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 50.000 per orang. Setelah lima kali dilakukan penggalangan dana, uang yang terkumpul mencapai sekitar Rp 4 juta. Uang sumbangan itu menjadi modal awal untuk membeli bahan-bahan kebutuhan memasak.
Setelah kegiatan berjalan dan dana mulai menipis, para relawan di posko mencari bantuan dari donatur. Mereka bahkan mencari uang dengan mengeruk pasir Merapi yang kini melimpah ruah di jalan raya Magelang-Yogyakarta. Satu kali pengerukan pasir bisa diperoleh Rp 400.000- Rp 500.000. Selain bantuan logistik, sekitar 50 relawan di posko tersebut juga menyediakan tenaga mereka untuk membantu mengevakuasi perabotan warga yang terendam pasir di Desa Sirahan.
Warga Kemiren, yang aktif membantu, bukanlah warga berkecukupan. Marsiyem misalnya. Rumahnya masih dalam kondisi rusak. Dapur dan kamar di bagian belakang rumahnya belum bisa ditempati karena atapnya roboh tertimpa pohon kelapa....
Relawan Tanam 112.500 Pohon
Kerusakan alam akibat letusan Gunung Merapi menginspirasi gabungan kelompok lintas golongan dan agama, Konsorsium Penghijauan Area Lereng Merapi, melakukan gerakan penghijauan di lereng Merapi. Hingga akhir Februari 2011, sebanyak 112.500 bibit pohon ditanam secara bertahap di wilayah Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
Koordinator Lapangan Konsorsium Penghijauan Area Lereng Merapi (PALM) Kari Tri Adji mengatakan, penanaman bibit pohon dimulai sejak Senin (17/1). Sebanyak 112.500 bibit pohon disebar di tiga desa seluas 75 hektar, meliputi Umbulharjo, Kepuharjo, dan Glagaharjo.
Penghijauan lereng ini difokuskan pada daerah-daerah yang mengalami kerusakan parah akibat terjangan lahar dan awan panas Gunung Merapi.
Di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, yang merupakan tempat tinggal Mbah Maridjan, misalnya, seluruh pohon di kawasan itu hangus dan hanya menyisakan lahan gundul. Karena itu, penghijauan terus-menerus dilakukan di tempat itu. ”Setiap hari sebanyak 2.000 batang pohon tertanam. Kami targetkan akhir Februari 2011 mendatang seluruh bibit pohon dapat tertanam,” ucapnya, Minggu (30/1), di sela penanaman bibit pohon oleh para sukarelawan di Cangkringan.
Konsorsium PALM merencanakan menanam 112.500 bibit pohon keras dan pohon buah-buahan yang mampu hidup pada ketinggian 800 hingga 1.100 meter di atas permukaan laut. Beberapa jenis pohon yang ditanam antara lain pinus, gayam, sengon, mahoni, aren, avokad, dan manggis.
Selain melakukan penghijauan, Konsorsium PALM juga melakukan perbaikan sumber mata air Umbul Wadon di Kali Kuning, Cangkringan. Namun, perbaikan selalu terkendala lahar dingin yang beberapa kali menerjang.
Konsorsium PALM merupakan gabungan 43 elemen lintas golongan dan agama.
(ABK/EGI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar