Debu vulkanis Merapi terseret air hujan melalui sungai-sungai dan menjadi banjir lahar dingin yang menjadi ancaman sama menakutkannya. (FOTO: Hadi Susanto, EPA) |
SLEMAN, KOMPAS - Banjir lahar dingin menyulitkan masyarakat lereng Gunung Merapi di Kecamatan Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, mendapatkan air bersih. Bantuan air bersih jauh dari mencukupi. Sebagian warga menampung air hujan untuk keperluan sehari-hari.
Dari pengamatan, Jumat (7/1), hal itu terlihat di Desa Umbulharjo dan Kepuharjo. Kedua desa di Cangkringan itu merupakan wilayah terparah terkena dampak erupsi Merapi.
Bak-bak besar penampungan air terdapat di hampir semua sudut desa. Warga juga menaruh ember, jeriken, dan panci di pekarangan rumah untuk menampung air hujan.
”Sejak kembali dari pengungsian sebulan lalu, jaringan air tak mengalir. Dua minggu lalu (air) sempat mengalir, tapi mati lagi waktu terjadi banjir lahar dingin besar hari Senin. Sekarang kami mengandalkan air dari bak bantuan PMI. Satu bak dipakai untuk 15 keluarga,” kata Sudarmi, warga Dusun Gondang, Umbulharjo.
Camat Cangkringan Samsul Bakri mengakui, dua mata air besar yang menjadi andalan warga Cangkringan tertimbun material erupsi Merapi, yakni Umbulwadon dan Bebeng. ”Dampaknya mencakup Desa Umbulharjo, Kepuharjo, dan Glagaharjo,” katanya.
Kepala Bidang Cipta Karya, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral DIY, Gatot Saptadi, mengatakan, ada 100 sistem penyediaan air minum (SPAM) pedesaan rusak diterjang lahar dingin dan perlu segera diperbaiki. Sebanyak 12 titik sumber air di Sungai Boyong, Sleman, yang menjadi sumber SPAM pedesaan juga hilang akibat lahar dingin.
Untuk memperbaiki SPAM pedesaan, demikian Gatot, Pemprov DIY mulai memberikan bantuan sarana-prasarana, seperti pipa paralon dan pompa air, kepada kelompok-kelompok masyarakat pengelola. ”Sebagian sudah diperbaiki dan berfungsi kembali,” katanya.
Di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, pasokan air bersih untuk ribuan warga di 51 dusun di wilayah itu terganggu akibat banjir lahar dingin Merapi. Instalasi empat sumber air di Kecamatan Cepogo dan Selo rusak. Upaya pembenahan instalasi dilakukan swadaya oleh masyarakat.
Menurut Kepala Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang pada Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan, Perhubungan, dan Kebersihan Kabupaten Boyolali, Sumbodo, empat sumber air itu adalah Tuk Wonopedut dan Tuk Sewu di Cepogo, Tuk Gunung Nganten dan Tuk Kali Apu di Selo. Instalasi air bersih yang rusak mencapai 47.000 meter.
Sebagian besar warga terpaksa menampung air hujan, menunggu bantuan air tangki, atau memanfaatkan sumber air dari desa tetangga yang masih mengalir.
Sejumlah warga di Wonopedut berinisiatif memperbaiki kerusakan instalasi air dengan kerja bakti.
Amir Hadi Suwito, Kepala Dusun Sambungrejo, Desa Mliwis, yang mendapat giliran kerja bakti bersama warga menuturkan, jaringan air menuju desanya hanya tersisa seperempat bagian dari panjang instalasi lima kilometer.
Dari Bandung, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Badan Geologi, Surono, menyatakan, bongkahan batu besar hasil erupsi diperkirakan masih banyak tersimpan di semua sungai yang berhulu di Merapi. Karena itu pengerukan sungai dan perbaikan jembatan perlu memperhitungkan hal tersebut.
(Tim Kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar