expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 24 November 2010

Korban Merapi Kehilangan Mata Pencarian dan Kehabisan Biaya

24 November2010 

SLEMAN, KEDAULATAN RAKYAT- Warga korban erupsi Merapi berharap mendapatkan uang jatah hidup (jadup) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebab, sejak terjadi bencana mereka kehilangan mata pencarian sehingga tidak mempunyai uang. Seorang warga Turgo Purwobinangun Pakem, Suwung (35) mengaku sangat membutuhkan uang bantuan tersebut. Sebab sejak bencana, ladangnya tidak bisa digarap lantaran masuk zona bahaya. ”Saat erupsi sebelumnya saya mendapatkan uang saku dari pemerintah, namun untuk erupsi tahun ini belum. Padahal kami sangat membutuhkannya untuk keperluan sehari-hari,” ujarnya. 

Hal senada diungkapkan seorang warga lainnya yang mengaku membutuhkan uang tersebut. Warga yang enggan disebutkan namanya ini, mengaku harus menjual ternak miliknya dengan harga murah untuk memenuhi kebutuhan hidup selama berada di pengungsian. 

Sebelumnya, Wakil Bupati Sleman Yuni Satia Rahayu berjanji mengupayakan pengungsi mendapat jadup Rp3.000 perorang per hari di luar jatah makan. Meski demikian, ia berharap pemerintah pusat dan provinsi membantu merealisasikan jadup tersebut karena APBD Sleman terbatas. 

Terkait itu, Koordinator Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB), Juli Eko Nugroho, berharap pemerintah turun tangan. Meski tidak terkena secara langsung, namun banyak masyarakat yang saat ini mulai kehabisan logistik untuk kebutuhan sehari-hari. Di sisi lain bantuan di posko ada yang menumpuk dan hanya boleh diberikan pada pengungsi. ”Banyak masyarakat yang meski tidak mengungsi namun butuh sekali bantuan karena terdampak secara tidak langsung. Mereka seharusnya ikut dihitung sebagai masyarakat yang menerima bantuan,” katanya. 

Menurut Juli, persoalan tersebut harus segera direspons oleh pemerintah. Imbas dari erupsi Merapi memang tidak hanya dirasakan oleh masyarakat yang pengungsi. Bahkan masyarakat yang tidak mengungsi juga merasakannya karena praktis kegiatan ekonomi mereka berhenti. 

”Di Muntilan banyak masyarakat yang tidak mengungsi namun saat ini kesulitan logistik karena praktis mereka tidak memiliki pendapatan selama erupsi Merapi. Begitu juga di Sleman, masyarakat yang memfasilitasi pengungsi mandiri saat ini juga kesulitan logistik,” ujar Juli. Saat ini menurut Juli, FPRB tengah melakukan survei dan menyebarkan sekitar 480 kuesioner kepada masyarakat korban gempa. Survei tersebut untuk mencari masukan dari masyarakat seputar lereng Merapi terkait proses recovery

Saat dikonfirmasi, Selasa (23/11), Bupati Sleman Drs H Sri Purnomo berharap kepada pemerintah pusat, jika memang ada program jadup untuk segera direalisasikan. Pasalnya, masyarakat korban Merapi saat ini sangat membutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup. ”Kami belum mendapat keterangan resmi maupun petunjuk teknis dari pemerintah pusat soal jadup. Tapi kalau program itu memang ada segera direalisasikan,” katanya. 

Diungkapkan, saat ini masyarakat di lereng Merapi banyak yang kehilangan mata pencaharian dan harta bendanya. Sehingga banyak masyarakat tidak bisa melakukan aktivitas. Untuk itu, jadup nanti harus tepat sasaran bagi masyarakat yang kehilangan harta benda dan lapangan kerja yang tertutup akibat erupsi Merapi.

”Ini segera perlu dipikirkan. Soalnya warga juga punya kebutuhan, seperti untuk membiayai sekolah anak dan lain-lain,” katanya. 

Bupati juga berharap, pemerintah memberikan modal kepada korban Merapi. Hal itu dimaksudkan mendorong atau memotivasi masyarakat untuk berusaha. ”Perlu ada spirit untuk menggerakkan perekonomian masyarakat. Soalnya kalau saat ini masyarakat mau usaha, mereka tidak punya modal,” katanya. (Tim KR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar