expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Selasa, 16 November 2010

Tsunami Mentawai: Titik Relokasi Terhadang Hutan Lindung, Pengungsi 7.830 orang

Selasa, 16 November 2010

PADANG, KOMPAS.com - Salah satu titik relokasi korban bencana tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai yang berada di kilometer 27 Pulau Pagai Selatan terhadang status hutan lindung. Wakil Gubernur Sumatera Barat Muslim Kasim mengungkapkan hal tersebut di Auditorium Gubernuran Sumatera Barat, Senin (15/11/2010) malam pada saat pemaparan kondisi penanganan bencana tsunami Mentawai di hadapan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dan Menko Kesra Agung Laksono.

"Lokasi berada dalam hutan lindung sehingga tidak direkomendasi. Perlu alih fungsi dari Menteri Kehutanan," kata Muslim.
Ia menambahkan, saat ini titik relokasi yang sudah ditetapkan di Pulau Pagai Utara berada di kilometer 4. Adapun di Pulau Pagai Selatan berada di kilometer 37 dan 46, serta di kilometer 27 yang terhadang status hutan lindung.

Menanggapi hal itu Agung Laksono mengatakan seluruh syarat untuk mengalihfungsikan kawasan hutan lindung perlu terlebih dahulu dipenuhi. Hal itu untuk menghindarkan kerusakan yang lebih besar di masa selanjutnya.

Ia menambahkan, khusus terhadap operasional dua perusahaan pemegang konsesi Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yakni PT Minas Pagai Lumber dan PT Salaki Summa Sejahtera di Kepulauan Mentawai adalah persoalan berbeda. Namun terkait dengan tingkat kesejahteraan masyarakat Mentawai yang lebih 70 persen di antaranya masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Agung menyebutkan momentum bencana tsunami dan fakta masih beroperasinya perusahaan-perusahaan pemegang HPH sejak puluhan tahun lalu harus dimanfaatkan semaksimal mungkin.

"Momen ini digunakan tidak saja membangun secara fisik, tetapi juga pembangunan nonfisik. Pemberdayaan masyarakatnya supaya mereka merasakan pembangunan dengan baik," kata Agung sembari menambahkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana bakal mengucurkan dana hingga Rp 25 miliar untuk pembangunan 1.500 unit hunian sementara di Mentawai.  

Tim KLH Mulai Survei Mentawai
Sementara itu, tim dari Kementerian Lingkungan Hidup mulai melakukan pengambilan sampel di sejumlah titik di Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat.

Salah satunya adalah sampel kualitas air yang akan digunakan pengungsi di tempat relokasi pengungsi bencana tsunami. Pengambilan sampel mulai dilakukan Senin (15/11/2010) di Pulau Pagai Utara.

Menurut Ketua Tim Muslihudin, tim dibagi menjadi tiga kelompok kecil. Tim pertama mengambil sampel air di tempat relokasi, tim kedua menyurvei sejumlah variabel di Pasapuat, dan tim ketiga melihat kebiasaan pengelolaan sampah dan kearifan lokal pada masyarakat.

Dari posko di Kecamatan Sikakap, tim berangkat pagi ini menggunakan perjalanan darat. Survei akan dilakukan selama beberapa hari.

Hasil kajian, sebagaimana dikemukakan Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta beberapa waktu lalu, akan digunakan sebagai salah satu bahan penyusunan tata ruang dan program rehabilitasi di daerah bencana tsunami di Mentawai.

Di samping Pagai Utara, tim juga akan menyurvei sejumlah titik di Pulau Pagai Selatan.

13 Jenazah Kembali Ditemukan
Pascapencarian korban meninggal dihentikan, jumlah korban meninggal akibat gempa dan tsunami di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumbar, terus bertambah.

Koordinator Posko Tanggap Darurat BPBD Mentawai Paulinus Sabelep, mengatakan pada Jumat lalu (12/11), bahwa telah ditemukan 13 jenazah lagi, hingga korban meninggal menjadi 461 orang.

Ia menjelaskan, 13 jenazah yang sudah sulit dikenali itu ditemukan oleh warga di Dusun Eruk Pasaboat dan Dusun Puroarougat, Desa Malakopak Pagai Selatan.

"Ada 10 jenazah yang sudah ditemukan warga Dusun Eruk Pasaboat, dan tiga jenazah lagi ditemukan warga Puroaroagat," katanya, Jumat (12/11/2010).

Jenazah-jenazah tersebut sudah sulit dikenali sehingga langsung dimakamkan oleh warga setempat.

Menurut Paulinus, dengan ditemukannya 13 jenazah itu, maka hingga kini warga yang masih belum ditemukan sebanyak 43 orang.

Ia mengatakan, pihaknya belum bisa memberikan identifikasi korban meninggal secara lengkap karena masih perlu adanya koordinasi dengan pihak-pihak terkait.

Sementara korban luka-luka yang masih dirawat di rumah sakit darurat dan Puskesmas Sikakap hanya tinggal 14 orang dengan keadaan luka berat.

"Di Puskesmas Sikakap masih ada 14 pasien luka berat, pasien dengan luka ringan tidak ada. Dan ada sebanyak 13 korban luka-luka telah kita rujuk ke rumah Sakit M Djamil Padang," katanya.

Selain itu, lanjut Paulinus, sebanyak 7.830 orang masih bertahan di tempat-tempat pengungsian.

Berikut data korban dari BPBD Mentawai:

Korban tewas: 461 orang
Korban hilang: 43 orang
Luka berat: 14 orang
Luka ringan: - orang
Pengungsi: 7.830 orang (1.074 KK)

Perumahan:
Rusak berat: 554 unit
Rusak ringan: 216 unit

Sekolah:
Rusak berat: 6 unit

Fasilitas umum:
Resort: 2 Unit (Resort Macaroni dan Katiet)
Rumah ibadah: 7 unit (rusak berat)
Jembatan: 7unit (rusak berat)
Jalan: 8 kilometer (rusak berat)

Kapal pesiar:
Rusak berat: 1 unit (terbakar)
Rusak ringan: 1 unit


Laporan wartawan KOMPAS Ingki Rinaldi, FX. Laksana Agung S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar