expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Rabu, 17 November 2010

SERUNAI Siap Galang Dana di Bandung

Rabu, 17 November 2010

SERUNAI, Jakarta. Bandung? Akhir pekan? Wow... terbayang deh Distro, batagor, bejibun makanan lezat, dan jalan-jalan sambil cuci mata. Tapi nanti dulu, ini tak ada hubungannya dengan pelesiran. Yup, SERUNAI NUSANTARA justru akan mengikuti sebuah perhelatan besar dan sekaligus melakukan kegiatan penggalangan dana untuk membantu korban bencana Merapi-Mentawai di Bandung, Jawa Barat, pada akhir pekan ini. Event ini kemungkinan besar akan dihadiri lebih dari 5000 orang, terlalu sayang untuk dilewatkan.

Jadi, saat ini energi dan pikiran harus difokuskan,  persiapan wajib dimatangkan, waktu ekstra wajib diluangkan dan tenaga mutlak dikerahkan. Sebagai persiapan, kami, beberapa orang pengurus dan relawan segera menyingsingkan lengan baju untuk melahap sup panas, menyendok sambel, menyeruput es kelapa, dan mengunyah kerupuk sambil melakukan rapat saat istirahat makan siang di sebuah warung sederhana favorit di dekat kantor. Tepat sehari sebelum perayaan Idul Adha. 

Persiapan ke Bandung lebih pada urusan teknis. Jadi pembicaraan fokus ke bagaimana pembuatan banner, penyediaan info singkat tentang SERUNAI dalam bentuk flyer, komik kampanye donasi, penyiapan kupon sumbangan dengan nilai dari Rp5000-20.000, dan mengedarkan kotak sumbangan selama acara berlangsung. Ini adalah rapat penuh keringat (karena warungnya panas tanpa AC) dan penuh tawa (karena mendengar ide-ide konyol menyegarkan), tapi berlangsung santai dan penuh semangat. Terra Taihitu, yang mencatat notulen paling senang dengan acara ke Bandung, meskipun kegiatannya bakal melelahkan, “tapi gak apa  dong asal untuk kebaikan,” katanya riang, di tengah berisik suara kerupuk yang dikunyah beberapa rekan. 

Rapat berakhir dengan hasil menggembirakan, seabreg pekerjaan rumah dan berita mengejutkan. Ibu pemilik warung dengan senang hati ketempatan drop box sumbangan yang bisa diisi para pengunjung  warung. Tempat ini biasanya padat pada jam makan siang. Ini salah satu kontribusi yang luar biasa dan tentu saja mengharukan, terutama  bagi Mariski dan Dewi,  dua koordinator SERUNAI yang paling gampang terharu menyaksikan penderitaan orang lain. Bagusnya, keduanya tak puas hanya terharu, tapi juga melanjutkan dengan penggalangan aksi.  “It is a time not just for compassionate words, but compassionate action,” kata mereka. Kutipan  menyentuh ini sungguh menjadi pupuk pengobar semangat bagi kami.

Simpati dan Dukungan untuk SERUNAI
Jujur saja, kami tak menyangka  SERUNAI bakal sampai sejauh ini. Dari sekadar cetusan prihatin di situs microblogging Twitter, lalu berlanjut ke rencana aksi pada 1 November 2010, semuanya mengalir begitu saja. Lalu, jadilah nama SERUNAI NUSANTARA dipilih dari berbagai opsi melalui komunikasi intensif di Facebook. SERUNAI disepakati sebagai organisasi nonprofit yang semua penggiatnya bekerja sukarela sebagai relawan. Semua jadi lebih mudah, karena teknologi saat ini sangat memudahkan komunikasi para penggiat SERUNAI, yang umumnya masih bekerja di sejumlah lembaga bantuan  internasional dan kantornya berlainan.

Dukungan terhadap SERUNAI juga sangat mencengangkan. Antusiasme dan perhatian luar biasa terlihat dari sejumlah pertanyaan tentang SERUNAI. Beberapa kami pilih dan kutipkan di sini:  “Apa sih yang dilakukan para aktivis SERUNAI NUSANTARA? Apa saja aktivitas mereka? Bagaimana penggalangan dana dilakukan? Sejauh mana berkolaborasi dengan LSM lokal? Apakah sudah dilakukan pemetaan lokasi dan kebutuhan untuk target yang akan dibantu? Bolehkah bergabung sebagai relawan?”

Wow, sungguh kami takjub mendengar berderet pertanyaan antusias dari rekan-rekan seprofesi, baik di kantor masing-masing, maupun dari sekadar simpatisan yang menyatakan dukungannya via situs jejaring pertemanan Facebook. Saking takjubnya, kami sampai bingung menjawabnya. 

Ketika kami, para pengurus dan relawan melakukan rapat pertama kali pada awal November lalu, tak terbayang kalau simpati, harapan dan dukungan terhadap SERUNAI bakal mengalir begitu dahsyat. Sejak awal kami menyadari, bukan pekerjaan mudah menggalang bantuan bencana di sela-sela pekerjaan kantor yang begitu padat. Tapi simpati dan dukungan dari banyak rekan membuat kami bersemangat…malah sangat bersemangat. Beban pekerjaan kantor jelas tak sebanding dengan beban kesulitan hidup yang dialami oleh hampir setengah juta pengungsi bencana Merapi atau ribuan pengungsi akibat tsunami di Mentawai dan longsor di Wasior, Papua. Menggalang bantuan sambil bekerja jelas butuh taktik dan strategi khusus. Puji syukur kepada Tuhan, terbukti kami bisa melakukannya. 

Bencana demi bencana telah menyadarkan kita, bahwa negeri tercinta Indonesia memang rawan dengan beragam potensi bencana alam. Faktanya, Kegiatan yang dilakukan SERUNAI hanyalah setitik noktah dibanding kontribusi organisasi besar lain. Tapi sekecil apa pun ini adalah kontribusi kami sebagai anak bangsa yang punya kepedulian terhadap saudara setanah air yang sedang tertimpa kemalangan. Kami berbesar hati menyaksikan banyak sekali kelompok di luar pemerintahan yang membentuk organisasi bantuan dan langsung bergerak. Semakin banyak kelompok seperti ini tentu saja semakin baik. 

Bagi SERUNAI, Merapi-Mentawai adalah pengalaman luar biasa yang bisa dijadikan pelajaran untuk menghadapi potensi bencana alam berikutnya di tanah air. Maksudnya?  Dengan izin Tuhan, kami tak akan berhenti sampai di sini dan bertekad akan terus melanjutkan SERUNAI! Dukung terus dan doakan ya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar